Mengenal 4 Wakil Indonesia di Kompetisi Software Dunia

Jakarta - Kompetisi pembuatan software besutan Microsoft, Imagine Cup, telah memasuki perhelatan ke-7. Tahun ini terasa cukup istimewa karena Indonesia berhasil masuk dalam kategori lainnya dibanding tahun sebelumnya yang hanya dapat mengirimkan satu wakil.

Untuk kategori utama, Software Design, Tim Big Bang dari ITB akan bertarung dengan proyeknya yang diberi nama MOSES. Sementara dalam kategori lain ada Pendekar Asyik dari Universitas Indonesia, MIC dari Universitas Gadjah Mada, serta Pedjoeang dari Universitas Indonesia.

Ke-4 tim Tanah Air ini akan bertarung dengan lebih dari 300 ribu siswa lainnya yang berasal dari lebih 100 negara untuk mengharumkan nama bangsa di Kairo, Mesir.

Tema yang dipilih panitia untuk Imagine Cup 2009 adalah 'Imagine a world where technology helps solve the toughest problems facing us today'. Dengan kata lain, para peserta dituntut untuk menciptakan suatu terobosan teknologi untuk mengentaskan segala permasalahan dunia.

Berikut adalah profil 4 wakil Indonesia yang akan bertarung di Imagine Cup 2009:

1. Big Bang - ITB

Tim Big Bang asal Institut Teknologi Bandung ini akan bertarung di kategori Software Design dengan proyeknya yang diberi nama MOSES (Malaria Observation System and Endemic Surveliance). Tim ini beranggotakan David Samuel, Dody Dharma, Dominikus Damas, dan Samuel Simon dengan Ella Madanella sebagai mentor.

MOSES merupakan sebuah aplikasi yang dirancang untuk mengurangi kematian akibat malaria dengan kecepatan deteksi dengan menggunakan teknologi dari Windows Mobile smart-phone, mikroskop, database, online dan teknologi Windows Azure. Dengan MOSES diharapkan penanganan korban malaria dapat dipercepat sehingga nyawanya bisa diselamatkan.

2.Pendekar Asyik - Universitas Indonesia

Tim yang berasal dari Fakultas Teknik Elektro, Universitas Indonesia ini berkompetisi dalam kategori Embedded Development dengan mengangkat karya berjudul Bahari. Inovasi yang mereka usung adalah aplikasi untuk penentuan fishing ground (area penangkapan ikan) dengan menggabungkan data-data dari satelit MODIS (satelit sumber daya alam), satelit NOAA (satelit cuaca), dan GPS (Global Positioning System).

Inovasi ini diharapkan dapat membantu nelayan tradisional untuk memetakan daerah penangkapan ikan sehingga secara langsung akan meningkatkan pendapatan para nelayan tersebut.

3. MIC - Universitas Gadjah Mada

Tim asal UGM ini membuat inovasi yang disebut Traffstopper. Aplikasi ini menggabungkan berbagai platform yang berbeda untuk mengatasi perdagangan manusia. Sistem ini terdiri dari aplikasi facebook, desktop, dan SMS Gateway.

Aplikasi ini dapat mengkomunikasikan kepada dunia informasi mengenai orang yang menjadi korban human trafficking kemudian semua orang diberbagai belahan dunia bisa memberi laporan melalui foto atau sms. Selain itu, aplikasi ini memberi notifikasi kepada polisi terdekat dengan korban untuk ditindak lanjuti.

Solusi ini timbul dari kenyataan bahwa jumlah kasus perdagangan manusia terus meningkat namun jumlah peningkatan jumlah polisi dan NGO tidak sebanding dengan peningkatan human trafficking yang terjadi.

4. Pedjoeang - Univeristas Indonesia

Tim yang terdiri dari mahasiswa Univeristas Indonesia ini mengangkat inovasi yang diberi nama LaTansa. Yakni SMS berbasis sistem monitoring dan portal informasi yang membantu pasien Tuberculosis (TB) untuk melakukan perawatan.

Aplikasi ini dilengkapi dengan LaTansa Info, LaTansa SMS Center dan LaTansa Website untuk memberikan informasi yang lebih banyak lagi mengenai TB, tidak hanya bagi pasien tapi juga untuk masyarakat luas. LaTansa diharapkan dapat membantu penderita TBC untuk tidak lupa minum obat setiap hari hingga masa pengobatannya selesai. ( ash / faw )
Ardhi Suryadhi - detikinet

Artikel Terkait